Apakah kita boleh melakukan Lipsync?

Di acara-acara musik yang programnya rutin hampir setiap yang sering kita lihat di TV, kita seringkali melihat penyanyi berpura-pura menyanyi (mengeluarkan suara) namun sebetulnya dia hanya menirukan gerak bibir dari bunyi vocal yang diputar.

Mungkin saking seringnya, orang-orang awam pun akhirnya kini akrab dengan sebutannya, yaitu “Lip Sync”.
Namun begitu banyaknya yang keliru dalam menulis kata Lip Sync, kebanyakan menulisnya “Lip Sing”. “Kenapa harus membahas soal tulisan sih? Perfeksionis sekali!”. Wow, tidak. Salah penulisan tersebut dapat menimbulkan pemahaman yang agak kurang tepat. Karena itu saya menulis tentang ini. Jika mempersoalkan masalah penyebutan, tentu saya tidak perlu repot-repot menulis ini, karena dua istilah tersebut akan terdengar hampir sama bunyi di telinga orang Indonesia. Hehe…
Kita pecah dulu artinya:
 


  • Lips = Bibir
  • Sing = Bernyanyi
  • Sync = (kependekan dari Synchronization) Sinkronisasi

Jadi jika penulisannya lipsing maka orang akan mengartikan menurut pengertian sendiri dengan referensi bahasa Inggrisnya, yaitu “Nyanyian Bibir”. Jadi menirukan ataupun bernyanyi betulan, maka bisa saja itu artinya ya memang lipsing.
Istilah yang tepat adalah Lip Sync, yaitu bibir menirukan dengan secara tepat dan sesuai (sinkron) dengan bunyi/vocal yang ditirunya.
Nah, jadi siapapun yang menirukan gerak bibir seolah-olah dia yang berkata/bernyanyi padahal suara aslinya adalah hasil rekaman yang diputar, maka dia sedang melakukan Lip Sync. Contoh:
  • Aktor film India yang sedang bernyanyi di film dan dalam satu lagu bisa berganti pakaian hingga beberapa kali sementara lagunya tidak terputus sama sekali. Hehe!
  • Pemain Kabaret yang sedang bersandiwara diatas pentas berakting seolah-olah sedang berbicara dengan suara raksasa. (Jaman saya masih sekolah, setiap acara Perpisahan selalu ada pentas Kabaret).
  • Penyanyi diatas panggung yang berpura-pura sedang betul-betul bernyanyi dan suara vocal tetap keluar meskipun mic tidak di depan bibirnya. Hehehehe…
  • Dan lain sebagainya.

Nah, sekarang sudah sangat jelas bukan baik penulisan maupun pengertian dari kata Lip Sync? Lantas, apakah fenomena Lip Sync di kancah musik Indonesia ini apakah memang tepat dilakukan atau kurang tepat? Kok kesannya kalo penyanyi yang melakukan Lip Sync ini di cap tidak berkualitas?

Well, kurang bijak juga rasanya jika kita menjudge tanpa alasan seperti itu. Banyak juga lho penyanyi yang memang dia memiliki kemampuan bernyanyi yang sangat bagus, namun terpaksa harus Lip Sync.
Sebetulnya Lip Sync dilakukan dengan tujuan:
  • Agar menampilkan performa yang tetap maksimal dan tidak mengecewakan penonton disaat penyanyi tersebut ada gangguan kesehatan yang membuat dia tidak memungkinkan bernyanyi dengan baik.
  • Untuk memberikan performa maksimal disaat bernyanyi harus menggunakan koreografi.
  • Mensiasati teknis performa disaat ada kendala alat diatas pentas (termasuk tidak sempat sound check).
  • Dan lain sebagainya.

Bagi saya pribadi, jika memang Lip Sync dilakukan atas alasan yang tepat sih ya memang seharusnya. Hanya saja mungkin yang dikhawatirkan oleh para musisi yaitu adanya potensi lahirnya penyanyi asal-asalan yang hanya akan melakukan pementasan dengan melakukan Lip Sync demi keuntungan atau popularitas semata, sehingga mereka tidak akan percaya diri apabila bernyanyi secara live diatas pentas (mengingat begitu mudahnya membetulkan suara yang fals di studio rekaman). Jadi jangan sampai penyanyi melakukan rekaman di studio, suara yang fals dibetulkan, lantas Lip Sync setiap diatas pentas. Tentu saja hal ini agak kurang bagus menurut saya, karena jika musik dijadikan 100% industri tentunya akan menghilangkan tanggung jawab, kualitas, dan hingga akhirnya nilai dari seni itu sendiri dan semuanya akan diorientasikan pada keuntungan saja.
Semuanya kembali kepada para penikmat musik di Indonesia ini, seperti apa pandangan dan anggapan masing-masing atas Lip Sync ini.

Subscribe to receive free email updates: